Soraya lahir sebagai seorang yang difabel. Ia harus menggunakan kursi roda karena kedua kakinya cacat sejak lahir. Namun, semangat hidupnya tak pernah padam. Ia bahkan mampu menjalankan usaha florist yang cukup sukses di Jakarta.
Seseorang pernah bertanya kepadanya, āApakah kamu tidak merasa malu atau kesal dengan keadaanmu sekarang?ā
Soraya tidak marah mendengar pertanyaan tersebut. Ia malah menjawab sambil tersenyum, āHidupku berharga di mata Tuhan. Bunga Bakung di taman saja diberi keindahan oleh-Nya, tentu saja Tuhan lebih mengasihiku dibanding Bunga Bakung tersebut, bukan?
Jika Tuhan saja mengasihiku, bagaimana bisa aku tidak mengasihi diriku sendiri?ā